SEMARANG, peristiwaterkini.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 3 Jateng DIY, FEB Unika dan Komunitas Tangan Terampil mengadakan Seminar Keuangan bertajuk “Kadin Class” pada Senin (29/08).
Acara tersebut diisi langsung oleh Ketua Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Kota Semarang, Arnaz Agung Andrarasmara dan Kepala OJK Regional 3 Jateng & DIY Aman Sentosa.
Dalam paparan materinya, Arnaz menerangkan bahwa pengusaha sejati adalah mereka yang mampu memadukan perilaku kewirausahaan dengan perilaku administratif.
“Kalau dua-duanya sudah match, berarti sudah menjadi pengusaha sejati. Mindset-nya harus diubah untuk benar-benar menjadi pengusaha sejati,” terangnya.
Ia menambahkan, bank dan lembaga pembiayaan selalu bersedia membantu keuangan para pengusaha asal keuangan sudah dilakukan dengan baik.
Bahkan tidak perlu menggunakan neraca keuangan yang rumit, bank sudah bersedia membantu mengucurkan dana.
“Saya sejak jadi pengusaha di awal dulu, sudah berusaha mencatat semua pengeluaran bahkan yang hanya Rp50 ribu karena itu masuk piutang yang harus saya kembalikan ke perusahaan. Mulai dari hal yang sesimpel itu, imbuhnya.
Sementara itu, Kepala OJK Regional 3 Jateng & DIY, Aman Sentosa mengamini pernyataan Arnaz. Menurutnya, permasalahan terbesar UMKM adalah mereka belum bankable. Selain itu, masih banyak pelaku usaha yang mencampur keuangan antara rumah tangga dan usaha.
“Dengan adanya kendala ini, bank sebagai Lembaga pembiayaan sulit masuk. Di sisi lain, pemerintah sudah menyediakan kredit dengan bunga rendah dan sangat terjangkau,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan, masih banyak UMKM yang belum dapat beradaptasi dengan perkembangan baru pasca pandemi. Hal ini banyak ditemui di pedagang pasar tradisional.
“Pengusaha ini belum dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi ketika marketplace sudah menjadi kebutuhan bagi para konsumen,” jelasnya.
Dari data, sebanyak 51% UMKM mengalami kesulitan bukan pada pembiyaan namun karena justru pada penjualan. Adapun saat pandemi, mereka tidak bisa menjual, namun usai pandemi mereka tidak bisa beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen.
Sedangkan 25% lainnya adalah masalah pembiayaan karena banyak yang belum bankable, sedang sisanya adalah persoalan bahan baku.
“OJK disini berperan meningkatkan mentality, semangat, melakukan business matching, pertemukan UMKM di Jateng dengan jasa keuangan yang menyediakan akses pembiayaan,” tandasnya.